Terkikisnya Moral Kesopanan di Zaman Sekarang Ini

Oleh: Ike Aprillina, M.Pd

Kesopanan merupakan salah satu pilar utama dalam kehidupan bermasyarakat. Ia menjadi cerminan dari budi pekerti, moralitas, dan peradaban suatu bangsa. Namun, di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat, nilai-nilai kesopanan yang dahulu dijunjung tinggi kini mulai mengalami erosi. Fenomena ini tampak nyata dalam perilaku sehari-hari, baik di dunia nyata maupun dunia maya.

Kesopanan yang dulu menjadi kebiasaan alami kini sering dianggap sebagai beban atau formalitas belaka. Ucapan sopan seperti tolongterima kasih, dan maaf semakin jarang terdengar. Saling menghargai pendapat mulai digantikan oleh debat kusir penuh emosi. Bahkan, perilaku menghormati orang yang lebih tua kerap diabaikan. Kondisi ini tentu menjadi alarm peringatan bahwa kita sedang menghadapi krisis moral kesopanan yang serius.

Akar Penyebab Terkikisnya Moral Kesopanan

  1. Pengaruh Kemajuan Teknologi dan Media Sosial

Kemajuan teknologi digital membawa kemudahan luar biasa, tetapi juga memunculkan tantangan moral. Media sosial, yang awalnya menjadi sarana berbagi informasi dan bersilaturahmi, kini sering menjadi tempat ujaran kebencian, sindiran, dan hujatan. Anonimitas membuat sebagian orang merasa bebas berbicara tanpa mempertimbangkan dampak emosional kepada orang lain.

Selain itu, budaya instan yang dibentuk oleh teknologi membuat orang cenderung terburu-buru dalam berinteraksi. Komunikasi yang seharusnya hangat dan penuh rasa hormat kini digantikan oleh pesan singkat yang dingin dan minim empati.

  1. Menurunnya Peran Pendidikan Moral di Keluarga

Keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak. Di sinilah ia belajar tentang kesopanan, empati, dan rasa hormat. Namun, kesibukan orang tua dalam bekerja sering membuat interaksi keluarga menjadi minim. Anak lebih banyak berinteraksi dengan gawai daripada orang tua. Akibatnya, pembelajaran nilai kesopanan yang seharusnya ditanamkan sejak dini menjadi berkurang.

  1. Perubahan Budaya dan Gaya Hidup

Modernisasi membawa perubahan budaya yang cepat. Nilai-nilai lokal yang menekankan kesopanan mulai tergerus oleh gaya hidup yang mengedepankan kebebasan tanpa batas. Di satu sisi, kebebasan berekspresi adalah hal baik, namun tanpa diimbangi dengan tanggung jawab moral, kebebasan ini dapat berubah menjadi sikap individualistis yang mengabaikan norma kesopanan.

  1. Minimnya Keteladanan dari Tokoh Publik

Tokoh publik, baik di dunia politik, hiburan, maupun media, memiliki peran besar dalam membentuk perilaku masyarakat. Sayangnya, tidak sedikit figur publik yang justru menampilkan perilaku kasar, saling menjatuhkan, atau mengumbar kata-kata tidak pantas. Ketika masyarakat, khususnya generasi muda, terbiasa melihat perilaku seperti itu, mereka cenderung menormalisasi sikap tidak sopan.

 

Dampak Terkikisnya Moral Kesopanan

  1. Kerenggangan Hubungan Sosial

Kesopanan adalah perekat hubungan sosial. Saat ia hilang, interaksi menjadi kaku, penuh kecurigaan, bahkan bermusuhan. Di lingkungan kerja, hilangnya kesopanan dapat mengurangi semangat kerja sama. Di keluarga, ia dapat memicu konflik antar anggota.

  1. Meningkatnya Potensi Konflik

Perbedaan pendapat adalah hal wajar. Namun, ketika kesopanan hilang, perbedaan tersebut sering berkembang menjadi pertengkaran. Di media sosial, kita bisa melihat bagaimana komentar yang tidak sopan dapat memicu perang kata-kata dan saling hujat yang panjang.

  1. Hilangnya Rasa Hormat Antar Generasi

Salah satu tanda peradaban yang maju adalah adanya rasa hormat antara generasi tua dan muda. Jika nilai kesopanan terkikis, generasi muda mungkin menganggap sikap menghormati orang tua sebagai hal kuno, sementara generasi tua merasa tidak dihargai. Akibatnya, terjadi kesenjangan komunikasi antar generasi.

 

 

  1. Menurunnya Citra Bangsa

Kesopanan adalah salah satu identitas budaya bangsa Indonesia. Jika masyarakatnya mulai dikenal kasar, arogan, dan tidak menghargai orang lain, citra bangsa di mata dunia akan menurun. Hal ini dapat memengaruhi berbagai aspek, termasuk hubungan diplomasi dan pariwisata.

 

Upaya Mengembalikan Moral Kesopanan

  1. Pendidikan Moral Sejak Usia Dini

Kesopanan harus diajarkan sejak anak masih kecil. Orang tua dan guru dapat menanamkan kebiasaan mengucapkan tolongmaaf, dan terima kasih. Permainan edukatif, cerita rakyat, dan kegiatan bersama yang menekankan rasa hormat dapat membantu menumbuhkan karakter ini.

  1. Keteladanan dari Orang Dewasa

Anak belajar lebih banyak dari melihat daripada mendengar. Jika orang dewasa mencontohkan kesopanan, anak akan menirunya. Oleh karena itu, orang tua, guru, dan tokoh masyarakat perlu menjaga sikap dan tutur kata mereka.

  1. Pemanfaatan Media Sosial secara Bijak

Gunakan media sosial sebagai sarana menyebarkan hal positif. Hindari komentar kasar, meskipun berbeda pendapat. Mengedepankan dialog yang sehat akan membantu menciptakan ekosistem digital yang lebih sopan.

  1. Menghidupkan Kembali Nilai Budaya Lokal

Budaya lokal Indonesia kaya akan ajaran kesopanan, seperti pepatah “mulutmu harimaumu” yang mengajarkan kita berhati-hati dalam berbicara, atau “adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah” di Minangkabau yang menekankan moral dan etika. Mengajarkan kembali nilai-nilai ini dapat menjadi benteng terhadap pengaruh negatif modernisasi.

  1. Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah

Kurikulum pendidikan perlu menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas, bukan sekadar pelengkap. Kegiatan seperti diskusi etika, simulasi peran, dan bakti sosial dapat menumbuhkan empati dan kesopanan siswa.

  1. Penghargaan terhadap Perilaku Sopan

Apresiasi terhadap perilaku positif dapat memotivasi orang untuk mempertahankan kesopanan. Misalnya, sekolah atau komunitas dapat memberikan penghargaan sederhana bagi anggota yang menunjukkan sikap sopan dan menghormati orang lain.

 

Tantangan di Masa Depan

Mengembalikan moral kesopanan bukanlah pekerjaan instan. Perubahan perilaku membutuhkan waktu dan konsistensi. Tantangan terbesar adalah menghadapi arus informasi global yang tak terbendung. Budaya luar dengan nilai-nilai yang berbeda akan terus masuk melalui internet, film, dan musik. Jika masyarakat tidak memiliki fondasi moral yang kuat, kesopanan akan semakin terkikis.

Di sisi lain, perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) juga akan mengubah cara manusia berinteraksi. Interaksi digital yang minim tatap muka bisa membuat empati melemah. Maka, penting untuk terus mengingatkan bahwa di balik layar gawai, ada manusia yang layak diperlakukan dengan hormat.

Kesopanan bukan sekadar aturan sopan santun, tetapi cerminan dari hati yang tulus menghargai orang lain. Terkikisnya moral kesopanan di zaman sekarang ini adalah peringatan bahwa kita perlu kembali menanamkan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan setiap individu memiliki peran penting dalam menjaga warisan kesopanan ini.

Seperti kata pepatah, “Budi bahasa budaya bangsa.” Jika kesopanan hilang, maka hilang pula salah satu identitas luhur bangsa. Sudah saatnya kita tidak hanya membicarakan tentang sopan santun, tetapi benar-benar mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dengan begitu, generasi mendatang dapat tumbuh dalam lingkungan yang saling menghormati, penuh empati, dan beradab.

 

 

Tulis Komentar

Komentar Terbaru

ARIE FRIDAYANTI User
12 Aug 2025, 13:47

Pembentukan moral dan karakter anak, harus mulai dilakukan sejak dini, orang tua dan guru dapat bekerjasama dalam melakukan pembiasan dan memberikan keteladan atau contoh yang baik sejak dini.

Viki User
12 Aug 2025, 13:23

Moralitas anak berkaitan dengan pembentukan nilai-nilai baik seperti empati, kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan sejak dini. Anak-anak belajar dari contoh orang sekitar, sehingga orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam membimbing mereka. Mengajarkan moralitas membantu anak tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama.

Dina User
11 Aug 2025, 18:27

3 kata yang harus diajarkan sejak usia dini adalah tolong, maaf dan terimakasih. Yang mana, hal ini harus dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan antara rumah dan sekolah agar bisa tertanam dengan baik di dalam diri setiap individu.

Delta User
11 Aug 2025, 16:31

3 magic words yang harus selalu di tanamkan sedari dini adalah tolong, maaf dan terima kasih. Merealisasikan ketiganya tentu bukan hal yang mudah. Hal ini harus bersifat 'berkelanjutan' agar bisa tertanam dalam diri setiap individu.

Renny Agustini User
11 Aug 2025, 08:18

Di zaman sekarang, di tengah arus teknologi dan informasi yang begitu cepat, anak-anak sangat perlu memiliki moral dan etika yang baik. Etika bukan hanya soal sopan santun di depan orang tua atau guru, tetapi juga tentang bagaimana mereka berperilaku di dunia nyata maupun dunia digital

Ressy Riezki Chairani User
11 Aug 2025, 08:11

Budaya suatu bangsa ditentukan oleh karakter generasi penerusnya, Paramount selalu concern bukan hanya pada kecerdasan intelektual saja tetapi selalu fokus pada pembentukkan karakter sejak dini

Rinaldo alimin User
11 Aug 2025, 08:08

Inspiratif