Mengajar Dengan Hati

Oleh: Sapril, S.S., M.Pd

Mengajar di kelas Primary 3a yang terdiri dari anak-anak yang beragam pola tingkah laku atau karakter ada berkebutuhan khusus (ABK), anak yang manja, aktif , siswa dengan kondisi kesehatan seperti kanker tulang dll memerlukan pendekatan yang sangat hati-hati, sabar, dan penuh empati. Tantangan utamanya adalah menyesuaikan metode pengajaran agar dapat menjangkau kebutuhan belajar yang beragam, menjaga suasana kelas tetap kondusif, serta memastikan semua anak merasa dihargai dan tidak tertinggal. Guru harus mampu membagi perhatian secara adil, menyusun strategi pembelajaran yang fleksibel, dan berkoordinasi dengan orang tua serta tenaga medis bila diperlukan.

Mengajar di kelas yang majemuk selama satu tahun adalah pengalaman yang penuh warna, tantangan, dan pelajaran berharga. Saya merasakan campuran perasaan haru, bangga, lelah, dan bersyukur. Setiap hari adalah proses belajar, bukan hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi saya sebagai guru.Melihat anak-anak dengan karakter berbeda, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) dan seorang anak yang sedang berjuang melawan kanker tulang, membuat saya lebih peka, sabar, dan menghargai setiap proses sekecil apa pun. Mereka mengajarkan arti keteguhan, semangat, dan bahwa setiap anak berhak mendapat kesempatan yang sama untuk tumbuh dan belajar.

Ada beberapa perubahan dan inovasi yang saya terapkan. Diantaranya:

  1. Perubahan dalam Strategi Mengajar

Diferensiasi Pembelajaran: Guru perlu menyesuaikan metode, materi, dan kecepatan belajar untuk tiap anak sesuai kebutuhan masing-masing.   Misalnya, anak ABK membutuhkan visual lebih kuat, anak sakit perlu istirahat lebih sering, sementara anak reguler bisa diajak lebih aktif.

Menggunakan Metode Multisensori: Kombinasi audio, visual, gerak, dan praktik langsung agar semua anak bisa menyerap materi sesuai gaya belajarnya.

Fleksibilitas Waktu dan Target: Pemberian tugas atau evaluasi bisa disesuaikan, terutama bagi anak yang sakit atau ABK.

  1. Perubahan dalam Sikap dan Pendekatan Guru

Lebih Sabar dan Empatik: Guru dituntut untuk lebih sabar dan memahami setiap latar belakang anak.

Menjadi Pendengar yang Baik: Beberapa anak mungkin tidak langsung menyampaikan keluhannya; guru harus peka terhadap perubahan perilaku.

Menumbuhkan Semangat dan Rasa Aman: Terutama bagi anak yang sedang dalam proses pemulihan, guru menjadi sumber semangat.

  1. Perubahan dalam Manajemen Kelas

Penataan Tempat Duduk dan Aktivitas: Anak ABK dan anak yang sedang sakit bisa ditempatkan dekat guru agar mudah dibantu .

Mengembangkan Budaya Toleransi dan Empati di Kelas: Melalui kegiatan bersama, guru menanamkan pemahaman agar teman-temannya bisa menerima dan membantu.

   4.Hal apa yang akan dikembangkan kedepannya agar metode pengajaran di kelas menjadi menarik

Tantangan tentu ada, mulai dari mengatur ritme pembelajaran, menyesuaikan pendekatan, hingga menjaga semangat belajar mereka tetap hidup. Namun, ketika melihat mereka tersenyum, berkembang, dan merasa diterima, semua kelelahan terbayar. Saya belajar bahwa mengajar bukan hanya soal materi, tetapi tentang hati, ketulusan, dan komitmen untuk hadir sepenuhnya bagi setiap anak, tanpa terkecuali.Ke depannya, saya akan mengembangkan penggunaan media pembelajaran yang lebih variatif, seperti A1, video interaktif, permainan edukatif, dan kegiatan berbasis proyek. Selain itu, saya juga akan menerapkan metode pembelajaran yang lebih partisipatif seperti diskusi kelompok dan presentasi agar siswa lebih aktif dan tidak mudah bosan di kelas.

Dari tulisan diatas dapat saya Simpulkan bahwa mengajar di kelas yang majemuk dengan anak ABK, anak sakit, dan anak reguler lainnya memerlukan pendekatan yang lebih inklusif, adaptif, dan penuh kasih sayang. Perubahan ini bukan beban, tapi peluang untuk menjadikan kelas lebih manusiawi dan mendidik karakter semua siswa, termasuk guru itu sendiri.

 

Tulis Komentar

Komentar Terbaru

Belum ada komentar.