Dalam paparannya, Sapril menekankan bahwa buku cerita anak dwibahasa, khususnya yang memadukan Bahasa Indonesia dan Bahasa Palembang, memiliki nilai strategis dalam pengembangan literasi sekaligus pelestarian bahasa daerah. Ia menjelaskan bahwa buku dwibahasa tidak hanya menjadi media pembelajaran, tetapi juga menjadi sarana membangun jati diri dan kecintaan anak terhadap budaya lokal.
Buku Dwibahasa Sebagai Media Literasi dan Pelestarian Budaya
Selain dari apa yang dipaparkan sebelumnya ia menambahkan bahwa anak-anak zaman sekarang cenderung lebih tertarik pada visual dan cerita pendek yang ringan. Buku cerita dwibahasa menjadi media yang tepat karena memadukan ilustrasi menarik dengan teks sederhana dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Palembang.
Ia menambahkan, penggunaan buku dwibahasa dapat memberikan beberapa manfaat penting, antara lain:
“Melalui buku cerita dwibahasa, anak tidak hanya belajar membaca, tetapi juga belajar menghargai bahasa dan budayanya sendiri,” ujar Sapril dalam sesi presentasinya.
Pemanfaatan Buku Dwibahasa di Berbagai Lingkungan
Menurutnya ada beberapa strategi pemanfaatan buku dwibahasa di lingkungan rumah, sekolah, taman bacaan masyarakat (TBM), dan komunitas literasi.
Harapannya terdapat kolaborasi antara guru, orang tua, dan komunitas literasi agar gerakan membaca berbasis bahasa daerah semakin kuat di Sumatera Selatan.
Antusiasme Peserta
Dalam kegiatan tersebut peserta yang didalamnya Adalah guru-guru menunjukkan antusiasme tinggi selama sesi berlangsung. Banyak yang tertarik untuk mengembangkan bahan ajar dwibahasa di sekolah masing-masing. Mereka berharapa kedepan Balai Bahasa Sumatera Selatan mengadakan pelatihan lanjutan untuk penulisan dan penerbitan buku cerita dwibahasa berbasis budaya daerah.
Kegiatan literasi ini menjadi bukti nyata bahwa bahasa daerah masih memiliki ruang penting dalam dunia pendidikan modern. Melalui buku cerita dwibahasa, anak-anak tidak hanya menjadi pembaca yang cerdas, tetapi juga generasi yang menghargai warisan budaya.
“Dengan buku cerita dwibahasa, anak belajar bahasa sekaligus belajar mencintai budayanya.” Kata Sapril dalam sesi penutup. Balai Bahasa Provinsi Sumatera Selatan berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat sinergi antara lembaga pendidikan, taman bacaan, dan komunitas literasi dalam menumbuhkan budaya membaca di Bumi Sriwijaya.
Tulis Komentar
Komentar Terbaru
Luar biasa fan inspiratif
menginspirasi sekali